Sejarah Simeulue Island

SEJARAH SIMEULUE

Written By ichsan on Rabu, 07 Desember 2011 | 18:41


Negara Hindia Belanda No.145 Pemerintahan Dalam Negeri, Aceh Dan Daerah Bawahannya Tentang
pemerintahan Kabupaten Simeulue pada zaman Hindia Belanda memuat banyak informasi yang dapat kita jadikan sebagai tonggak sejarah perkembangan Simeulue hari ini dan akan datang. Sejarah bukanlah sebuah cerita dongeng tanpa arti.
Sejarah merupakan gambaran masa lalu yang tidak mungkin untuk kembali. Sejarah adalah merupakan tolak ukur. Pedoman bahkan sebagai guru yang sangat berharga. Oleh karenanya melalui kutipan singkat tentang sejarah Simeulue berbahasa Belanda yang telah kami upayakan
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, terjemahan ini kiranya dapat menjadi rujukan kepada masyarakat Simeulue dalam berbagai kepentingan, baik sebagai sumber informasi, referensi maupun keperluan lainnya.
Berikut ini merupakan beberapa penggal kutipan tentang status pemerintahan Pulau Simeulue pada zaman Kolonial Belanda. Surat Keputusan Jendral Hindia Belanda tersebut dapat kita jadikan sebagai Hari Jadi Simeulue 1880 s/d 2011, bila kita hitung Simeulue hari ini telah memiliki pemerintahan yang atas nama Pemerintah Aceh telah berusia selama 131 tahun.
Kutipan Surat Keputusan: Bahwa pulau Simaloer menjadi bagian dari daerah Aceh dan daerah Bawahannya. Keputusan Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda tertanggal 8 Agustus 1880 No.15 Membaca, dst.
Dewan Hindia Belanda telah mendengar:
Telah disetujui dan difahami:
Pertama, dst.
Ketiga : Menerangkan juga berkaitan dengan Berita Negara 1864, No.104 bahwa pulau Simelue menjadi bagian dari pemerintahan Aceh dan daerah Bawahannya.
Keempat, dst.
Salinan, dst. Sebagai Peraturan pemerintah dari
Gubernur-Jenderal Hindia Belanda
Dikeluarkan pada tanggal empat belas Agustus 1880.
Sekretaris Umum,
PANNEKOEK
Berikutnya adalah sejarah tentang kemajemukan masyarakat Simeulue, pemerintahan Pulau Simeulue pada zamannya dan nama para Penguasa Bano ketika itu. Semua ini merupakan sumber atau reverensi pemerintah untuk dapat dijadikan nama nama jalan, bangunan, monument dan situs sejarah lainnya.
Nama-nama pemimpin bano pada masanya merupakan perintis cikal bakal daerah ini, mereka adalah tokoh, ulama sekaligus sebagai pahlawan, setidak-tidaknya sebagai pahlawan untuk meletakan batu pertama negeri ini.
Penduduk Simeulue sejak dulu sangat heterogen dan hidup dalam kemajemukan yang damai, seperti orang-orang Nias, Melayu, Aceh dan suku lain berimigran yang memiliki bahasa sendiri dapat dikatakan sebagai penduduk asli, tetapi tidak seorangpun mengetahui asal-usul mereka, demikian ditulis dalam Majalah Persatuan Ilmu bumi Hindia-Belanda (Tahun ke-1 (1881) bag. III, hal. 1 dan “Suatu perjalanan ke ….. dan seterusnya.” Dalam majalah Ilmu Bahasa, Tanah dan Bangsa Hindia-Belanda, Bagian XXVII.
Ke lima daerah di pulau tersebut bernama : Tepah (Devayan), Simeuloel (Simeulue Tengah), Salang(Nasreuhe), Lakoon (Alavan) dan Sigoelei,
Kepala-kepala Bano pertama yang memegang kekuasaan di pulau ini adalah hanya dua orang; yaitu bajak laut Melayu, yang satu melaksanakan pemerintahan di Pantai Barat dari pulau dan yang lainnya di Pantai Selatan dan Timur. Keturunan mereka kini masih memegang kekuasaan di daerah-daerah Simeuleu dan Tapa; pengaturan pemerintahan di daerah-daerah lain masih relatif baru.
Sultan Aceh sebelum yang terakhir ini memerintahkan Penghoeloe Sidih Lela di Gahra di Meulaboh, untuk mengatur pemerintahan di Simeuloe, untuk lebih memastikan masuknya pajak tahunan, dan karena itu dua orang Aceh, yang berasal dari XXV Moekims, diangkat sebagai kepala Salang dan Lakoon. Sesudah itu putera kedua dari kepala Salang diangkat menjadi kepala Sigoelei, yang kemudian diubah menjadi daerah tersendiri.
Kepala-kepala Bano pertama yang memegang kekuasaan di pulau ini adalah hanya dua orang; yaitu bajak laut Melayu, yang satu melaksanakan pemerintahan di Pantai Barat dari pulau dan yang lainnya di Pantai Selatan dan Timur. Keturunan mereka kini masih memegang kekuasaan di daerah-daerah Simeuleu dan Tapa; pengaturan pemerintahan di daerah-daerah lain masih relatif baru.
Harus diperhatikan bahwa semua Penguasa Bano di Simeuloe berasal dari keturunan orang luar, serta dengan tidak memandang sukunya, diberikan gelar Datoek
Apabila ke lima Penguasa Bano merupakan kepala daerah hukum, suku-suku penduduk pulau, dipimpin oleh seorang kepala dari suku pribumi sendiri. Mereka diberikan gelar Datoek. Salah satu dari mereka, Datoek dari suku Daawah, bernama Datoek Pamoentjak dan kedudukannya berada langsung dibawah kepala daerah hukum.
Orang-orang asing disetiap daerah termasuk dalam suku dagang, yang langsung diperintah oleh kepala datoek daerah hukum. Orang-orang Aceh dikecualikan: mereka memiliki kepala-kepala mereka sendiri, dengan gelar Keutjik.
Kepala-kepala daerah kekuasaan adalah, Datok Gadang di Tapa, Datok Nja Noh di Simeuloel, Datok Nja Gambang di Salang, Datok Moehamat Djafar di Lakoon, dan Datok Moehamat Ali di Sigoelei;
Kelima penguasa tersebut terlebih dahulu dilakukan test (uji kelayakan) oleh Pemerintah Belanda (mereka semua secara terpisah telah lulus suatu ujian)
Sejak Belanda menghadapi perlawanan rakyat Aceh yang berlangsung 1893–1904 sebahagian besar wilayah kesultanan Aceh termasuk kepulauan Simeulue sudah dikuasai oleh Belanda, sehingga kesultanan Aceh di Simeulue sejak tahun 1901 yang disebut dengan Bano diganti dengan sebutan onderafdeling Simeulue berkedudukan di Sinabang, diperintah oleh seorang Controleur. Wilayah Onderafdeling Simeulue yang sebelumnya terdiri 5(bano) yaitu Bano Teupah, Bano Simulul, Bano Salang, Bano Sigulai dan Bano Leukon diganti dengan sebutan Landdschap Teupah, Leandchap Simulul, Landschap Salang, Landschap Sigulai dan Landshap Leukon.
Jabatan kepala pemerintahan Landschap dipimpin oleh seorang Selfbestiur, Landschap Teupah Ibu Negerinya Sinabang diperintah oleh Sutan Amin sejak 23 April 1917 s/d, Landschap Simulul Ibu Negerinya Kampung Ai diperintah oleh T.Raja Mahmud, sejak 17 April 1936 s/d
Landschap Salang Ibu Negerinya Nasreuhe diperintah oleh Mohd Syawal, sejak 16 Maret 1911 s/d, Landschap Sigulai Ibu Negerinya Lamamek diperintah oleh M. Toenai. sejak 16 Januari 1914 s/d.
Landschap Leukon Ibu Negerinya Leukon diperintah oleh Datuk Soe Gam, sejak 12 Nopember 1934 s/d.
Demikian kutipan/ cuplikan singkat tentang Simeulue Tempoe Doeloe sekiranya bermanfaat bagi kita, terutama generasi muda dan pelajar sebagai referensi pengetahuan sejarah.
Ditulis oleh
kolong Ajaib

Post a Comment

2 Comments

  1. Masih banyak warga simeulue yang belum tau info ini gan! Oke thx ya!

    Hawker576.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. Tidak lengkap sejarah nya

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...